Titik Cahayaku

-Tsaahh, Titik Cahayaku.

Kakiku berjalan menuju sepi;
Pada jiwa yang gelap dan tak berpenghuni.
Malam selalu menjadi sunyi; bagi orang-orang yang lebih memilih mengasingkan diri. Dingin selalu menjadi teman dalam diskusi.

Mengapa malamku selalu menjadi hampa?; pikiranku melanglang buana jauh ke sana.
Aku; mungkin menjadi orang yang tak pernah tahu harus ke mana?; terjebak dalam pusaran semesta; tak pernah mendapatkan apa-apa.

Bagiku semesta tak pernah berpihak pada orang yang tak tahu arah; membuatku selalu bersikap pasrah. Pada apa aku harus mendekap?; saat dunia tak lagi ingin membekap?. Pikiranku terperangkap.

Kehidupan menjadi tak tentu; akupun menjadi ragu; setiap makna kudapati hanyalah ambigu; setiap sisi terasa terbelenggu; kuputar syair yang menjadikannya sendu; pikiranku beradu; membawanya pada sisi yang buntu. apakah aku akan berakhir menjadi debu?.

Namun sore itu. Semesta seakan merencanakan sesuatu; kudapati kau.

Bulir air jatuh menjelma menjadi hujan; membasahi nurani setiap insan; namun senyummu berhasil menenangkan. Pada senja sore itu; aku melihat sinar dari seorang perempuan; pikiranku tak karuan; jantungku dipenuhi debaran; membuat diriku tak rela untuk melepaskan; aku pulang menyimpan sebuah perasaan.

Semua hal tentang dirimu berputar di kepalaku; ribuan tanya terngiang dipikiranku; mimpi-mimpi hinggap di pelupuk mataku. Tapi; aku teringat kalau aku hanyalah seorang pemimpi; selalu terjerat dalam ilusi; sering kali terjebak imaji; membawaku menyerah dan ingin pindah haluan hati. asaku pergi menjauh dan langkah kakiku semakin rapuh.

Adakah pulang jika bukan pada hatimu?; adakah sinar yang akan menuntunku?; adakah detak jika bukan karenamu?. Tidak! Tidak akan ada.

Kau.
Yang membuat diriku menjadi nyata; membuat raguku menjadi percaya; membawamu pada setiap Do'a. Aku mencintaimu karena keterbukaanmu; karena ketulusanmu; biarkan itu menjadi kebiasaanmu; tetaplah menjadi dirimu. Biarkan kita saling berbagi asa dalam setiap harapan yang kupunya; berbagi cerita di saat kehidupan tak berpihak pada kita; menyusun mimpi dan berusaha menjadikannya nyata; memberi ketika kita tak lagi punya apa-apa.

Izinkan aku menceritakannya pada setiap orang; biar kuberitakan pada dunia bahwa semesta akan selalu merestui kita.

Kau setitik cahayaku.
Biar kutuliskan kau dalam bait puisiku.

Pada waktu yang bergulir maju; aku hanya ingin menggenggam tanganmu; saat kita tahu hidup tak pernah kita duga; aku ingin kita tetap saling percaya.

Saat langkah perlahan rapuh, aku ingin kau tak mudah jatuh; biarkan duka menghampiri dan perlahan mengobati; agar tahu kita tetap saling menyayangi.

Kau setitik cahayaku.
Pada malam-malamku yang hampa; aku ingin bersimpuh dan berdo'a; membasahi bibirku menyebut orang tuaku dan engkau; agar Tuhan membuat kita tetap satu.

Di hari yang tidak akan kita tahu; aku ingin menghiasi jari manismu dari hasil keringatku; menjadikanmu satu-satunya pusat perhatian; hingga kehidupan tak lagi terasa menyakitkan.

Biarkan binar bola matamu; melihat sisi lain dari hidupmu; aku ingin kita saling percaya.

-Tsaahh, Titik Cahayaku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Namamu

Berkemas, Bergegas, Berbahagialah.

Menjadi Angin