Siklus

-Tsaahh, Siklus.

Di jalan-jalan setapak yang kulalui;
Ada yang tampak berbeda sore ini;
Aku melihat seseorang sedang sendiri;
Pandangannya kosong; dingin; hampa tak berarti.
Aku mencoba melihatnya lebih dekat lagi.

Terlihat pisau tertancap di dada dan punggungnya; tubuhnya tak mengisyaratkan apa-apa; apa yang kulihat ini nyata?. Ia tampak mencabut satu-persatu pisau itu lalu membersihkan lukanya; senyum muncul di wajahnya; ia lalu menangis sejadi-jadinya.

Dia adalah orang yang sama; yang biasa terlihat di sudut-sudut kota; membuat orang lain tertawa; bahagia; saling berbagi rasa dan suka. Tapi malamnya ia isi dengan membersihkan lukanya sendirian; seperti inikah kehidupan bekerja?.

Kulihat lagi ia sedang membersihkan ribuan topengnya; untuk dia kenakan dihari-hari berikutnya; tanpa lelah ia mecoba sekuat tenaga; walau dengan senyum yang sedikit memaksa; lalu malam bekerja seperti biasanya;

Pagi menjelang; tapi nasib manusia kadang malang; pagi hari ia sibuk berpura-pura bahagia tanpa berselang; namun malam hari menangis dalam hati di sudut ruang. Apa yang telah direncanakan kadang tak terwujudkan; apa yang disampaikan juga kadang tak terdengarkan; namun apakah tubuh ini harus yang dikorbankan?.


-Tsaahh, Siklus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Namamu

Berkemas, Bergegas, Berbahagialah.

Menjadi Angin