Kenali Dirimu Sendiri
Muhammad Nazri Jalil |
Saya merupakan anak semata wayang dari
pasangan bapak Abd. Jalil dan ibu Sri Rokhayani. Menjadi anak semata wayang
memiliki stereotype dari orang banyak bahwa anak semata wayang adalah orang
yang selalu dimanjakan oleh orang tua, tidak mandiri, dan selalu bergantung
dengan orang tua. Saya sadar bahwa stereotype ini selalu menghinggapi kita
masyarakat Indonesia. Akan tetapi, tidak dengan kedua orang tua saya. Saya
menyadari bahwa kedua orang tua saya bukanlah orang yang lahir dari orang tua
berstatus sosial tinggi tetapi kedua orang tua saya sadar bahwa pendidikan
adalah sesuatu yang penting untuk kelanjutan hidup di masa yang akan datang.
Orang tua saya sedari kecil selalu mengajarkan saya tentang agama, mengajarkan
untuk selalu menghormati orang yang lebih tua, menjadi orang yang tidak mudah
menyerah, dapat menjaga diri sendiri, mandiri, dan dapat menghargai perbedaan
orang lain.
Saya menempuh pendidikan Sekolah Dasar
di SD 08 Karampang Pa’ja, Sekolah Menengah di SMPN 2 Tamalatea dan SMAN 1
Jeneponto, Saat ini saya sedang melanjutkan studi S1 di Program Studi Bimbingan
dan Konseling, Jurusan Psikologi Pendidikan & Bimbingan, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Makassar. Salah satu jurusan yang lulusannya
selalu kita anggap sebagai polisi sekolah. Tetapi, selama 5 semester menjalani
kuliah di jurusan ini, saya sadar bahwa
pekerjaan menjadi seorang konselor atau guru BK adalah suatu pekerjaan yang
sangat mulia, dan dapat membantu banyak orang. Dari sini saya banyak belajar
bahwa untuk menjadi orang yang besar kita harus membesarkan orang lain, dan
untuk dapat memahami orang lain kita perlu memahami diri sendiri terlebih
dahulu.
Semasa sekolah dulu saya telah mengikuti
beberapa organisasi dan kegiatan, dimulai dari Sekolah Dasar saya telah menjadi
anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah lalu memasuki Sekolah Menengah Pertama
menjadi seorang anggota Pramuka, kemudian pada tahun 2011 mengikuti kegiatan
Jambore Nasional Gerakan Pramuka yang ke IX di Teluk Gelam Oki Sumatera
Selatan, hingga saat memasuki Sekolah Menengah Atas saya mengikuti kegiatan
Pendidikan dan Latihan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di Kabupaten Jeneponto
tahun 2014.
Selama saya mengikuti beberapa
organisasi dan kegiatan, saya sadar bahwa, tujuan awal saya untuk masuk ke
sebuah organisasi adalah untuk menambah wawasan, menambah pengetahuan, menambah
teman dan mencari jati diri. Pencarian jati diri ini merupakan hal yang paling
penting bagi saya, karena saya berharap di dalam organisasi saya dapat memahami
diri saya sendiri. Akan tetapi, satu hal yang juga saya sadari adalah, semakin
saya mencari semakin saya tidak menemukan apa-apa, dan semakin saya menggali
semakin saya tak mendapatkan apapun, untuk memahami diri sendiri memang
sangatlah sulit, tidak semudah menilai orang lain. Selama ini yang saya sadari
adalah dalam memahami diri sendiri butuh proses, hingga saya berpikir bahwa
untuk memahami diri sendiri saya perlu memahami orang lain, ini yang saya
yakini sampai hari ini.
Saya berharap kita dapat saling mengenal
di dalam tulisan ini, saya bukanlah orang yang terlalu ingin mengkritik orang
lain, tetapi saya sangat menghargai kritik orang lain terhadap saya pribadi. Saya
sadar bahwa saya tidak akan pernah berkembang jika hanya mendengarkan diri saya
sendiri tanpa mendengarkan orang lain, menjadi idealis adalah salah satu cara
untuk lari dari kenyataan, tetapi dunia semakin hari akan semakin berubah, hal
yang selama ini mungkin masih menjadi bahan imajinasi kita mungkin saja telah
ada 1 atau bahkan 2 jam kedepan,
sedemikian hebatnya dunia kita saat ini. Jika kita masih tetap pada idealisme
kita maka kita akan semakin jauh kebelakang tanpa pernah menyadari realita atau
kenyataan bahwa kita dapat menjadi manusia yang seutuhnya
Salam hangat dari saya, sahabatmu
Muhammad Nazri Jalil
Komentar
Posting Komentar