Kenali Dirimu Sendiri



Muhammad Nazri Jalil
Nama saya Muhammad Nazri Jalil, saya akrab dipanggil Ari, saya lahir 16 Juni 1999 di Kabupaten Jeneponto, salah satu daerah yang kata orang banyak adalah daerah yang panas dan gersang, orang-orang yang kasar, dan selalu berbicara dengan nada yang tinggi, tak banyak orang yang mengenal dengan baik daerah tempat saya lahir dan dibesarkan ini, dijuluki sebagai Kota kuda Karena kebiasaan kami di Jeneponto selalu mengkonsumsi daging kuda ketimbang daging yang lainnya.

Saya merupakan anak semata wayang dari pasangan bapak Abd. Jalil dan ibu Sri Rokhayani. Menjadi anak semata wayang memiliki stereotype dari orang banyak bahwa anak semata wayang adalah orang yang selalu dimanjakan oleh orang tua, tidak mandiri, dan selalu bergantung dengan orang tua. Saya sadar bahwa stereotype ini selalu menghinggapi kita masyarakat Indonesia. Akan tetapi, tidak dengan kedua orang tua saya. Saya menyadari bahwa kedua orang tua saya bukanlah orang yang lahir dari orang tua berstatus sosial tinggi tetapi kedua orang tua saya sadar bahwa pendidikan adalah sesuatu yang penting untuk kelanjutan hidup di masa yang akan datang. Orang tua saya sedari kecil selalu mengajarkan saya tentang agama, mengajarkan untuk selalu menghormati orang yang lebih tua, menjadi orang yang tidak mudah menyerah, dapat menjaga diri sendiri, mandiri, dan dapat menghargai perbedaan orang lain.

Saya menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD 08 Karampang Pa’ja, Sekolah Menengah di SMPN 2 Tamalatea dan SMAN 1 Jeneponto, Saat ini saya sedang melanjutkan studi S1 di Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Psikologi Pendidikan & Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Makassar. Salah satu jurusan yang lulusannya selalu kita anggap sebagai polisi sekolah. Tetapi, selama 5 semester menjalani kuliah di jurusan ini,  saya sadar bahwa pekerjaan menjadi seorang konselor atau guru BK adalah suatu pekerjaan yang sangat mulia, dan dapat membantu banyak orang. Dari sini saya banyak belajar bahwa untuk menjadi orang yang besar kita harus membesarkan orang lain, dan untuk dapat memahami orang lain kita perlu memahami diri sendiri terlebih dahulu.

Semasa sekolah dulu saya telah mengikuti beberapa organisasi dan kegiatan, dimulai dari Sekolah Dasar saya telah menjadi anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah lalu memasuki Sekolah Menengah Pertama menjadi seorang anggota Pramuka, kemudian pada tahun 2011 mengikuti kegiatan Jambore Nasional Gerakan Pramuka yang ke IX di Teluk Gelam Oki Sumatera Selatan, hingga saat memasuki Sekolah Menengah Atas saya mengikuti kegiatan Pendidikan dan Latihan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di Kabupaten Jeneponto tahun 2014.

Selama saya mengikuti beberapa organisasi dan kegiatan, saya sadar bahwa, tujuan awal saya untuk masuk ke sebuah organisasi adalah untuk menambah wawasan, menambah pengetahuan, menambah teman dan mencari jati diri. Pencarian jati diri ini merupakan hal yang paling penting bagi saya, karena saya berharap di dalam organisasi saya dapat memahami diri saya sendiri. Akan tetapi, satu hal yang juga saya sadari adalah, semakin saya mencari semakin saya tidak menemukan apa-apa, dan semakin saya menggali semakin saya tak mendapatkan apapun, untuk memahami diri sendiri memang sangatlah sulit, tidak semudah menilai orang lain. Selama ini yang saya sadari adalah dalam memahami diri sendiri butuh proses, hingga saya berpikir bahwa untuk memahami diri sendiri saya perlu memahami orang lain, ini yang saya yakini sampai hari ini.

Saya berharap kita dapat saling mengenal di dalam tulisan ini, saya bukanlah orang yang terlalu ingin mengkritik orang lain, tetapi saya sangat menghargai kritik orang lain terhadap saya pribadi. Saya sadar bahwa saya tidak akan pernah berkembang jika hanya mendengarkan diri saya sendiri tanpa mendengarkan orang lain, menjadi idealis adalah salah satu cara untuk lari dari kenyataan, tetapi dunia semakin hari akan semakin berubah, hal yang selama ini mungkin masih menjadi bahan imajinasi kita mungkin saja telah ada  1 atau bahkan 2 jam kedepan, sedemikian hebatnya dunia kita saat ini. Jika kita masih tetap pada idealisme kita maka kita akan semakin jauh kebelakang tanpa pernah menyadari realita atau kenyataan bahwa kita dapat menjadi manusia yang seutuhnya

Salam hangat dari saya, sahabatmu
Muhammad Nazri Jalil

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Namamu

Berkemas, Bergegas, Berbahagialah.

Menjadi Angin